A. DAYA ABSTRAKSI MANUSIA
Manusia selalu merasa ingin tahu maka sesuatu yang belum terjawab dikatakan wallahualam, artinya Allah yang lebih mengetahui atau wallahualam bissawab yang artinya Allah mengetahui sebenarnya. Perkembangan lebih lanjut dari rasa ingin tahu manusia ialah untuk memenuhi kebutuhan nonfisik atau kebutuhan alam pikirannya, untuk itu manusia mereka-reka sendiri jawabannya.
Allah SWT., menciptakan dua makhluk, yang satu bersifat anorganis (benda mati) dan yang lain bersifat organis (makhluk hidup). Benda yang menjadi pengisi bumi tunduk pada hukum alam (deterministis) dan makhluk hidup tunduk pada hukum kehidupan (biologis), tetapi yang jelas ciri-ciri kehidupan manusia sebagai makhluk yang tertinggi, lebih sempurna dari hewan maupun tumbuhan.
Dari sekian banyak ciri-ciri manusia sebagai makhluk hidup, akal budi dan kemauan keras itulah yang merupakan sifat unik manusia. Rasa ingin tahu, juga merupakan salah satu ciri khas manusia. Ia mempunyai kemampuan untuk berpikir sehingga rasa keingintahuannya tidak tetap sepanjang zaman. Karena apa? Karena manusia akan selalu bertanya apa, bagaimana dan mengapa begitu. Manusia juga mampu menggunakan pengetahuannya yang terdahulu untuk dikombinasikan dengan pengetahuan yang baru sehingga menjadi pengetahuan yang lebih baru.
Daya Abstraksi Manusia adalah kemampuan Manusia dalam meringkas dan penyimpulan metode berpikir dengan mengacu pada instruksi suatu masalah dan tidak beracuan pada realita (Mitos). Ini artinya segala informasi yang diterima dan tersimpan di dalam memori kita biasanya berupa representasi/perwujutan abstrak dari realitas. Dengan kata lain, pemrosesan informasi merupakan abstraksi terhadap stimulus informasi.
Pandangan kita terhadap dunia sekeliling, ditentukan oleh integrasi/gabungan antara apa yang kita ketahui (abstrak) dengan apa yang kita rasakan (perasaan khusus). Kita dapat menyadari suatu pengalaman tertentu bila terjadi transduksi (energi stimulus dirubah menjadi energi neural) dan diteruskan ke otak. Intensitas energi minimal agar stimulus dapat disadari (yang mampu membangkitkan aktivitas neural), disebut threshold (ambang).
Jika dilihat dari penalaran yang dikembangkan dari beberapa Filsuf tentang abstraksi manusia seperti ;
1. Dalam filsatat Aristotelian dan Skolastik abstraksi adalah proses yang memungkinkan ide-ide universal dijadikan milik pikiran. Pikiran menerima sebuah data inderawi atau fantasma dan menarik keluar bentuknya (forma) yang, dengan demikian, menyediakan sesuatu yang universal bagi penggunaan intelektual. Aristoteles mengolah pengertian abstraksi dalam filsafat, kemudian pengertian itu diolah lagi oleh Boethius menjadi tiga macam abstraksi yang diterima oleh para pemikir Abad Pertengahan. Tiga abstraksi itu ialah a) abstraksi fisik, yakni melepaskan ciri individual, tetapi bukan dari kemungkinan dapat diinderai; b) abstraksi matematik, yakni abstraksi yang melepaskan sifat dapat diinderai dari obyek, tetapi tidak melepaskan segi kerentangan (ekstensi yang dapat diukur); c) abstraksi metafisik, yakni abstraksi yang melepaskan semuanya termasuk unsur kerentangan untuk sampai kepada yang-ada sebagai yang-ada.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sifat unik dari manusia itu sendiri adalah berbagai macam, salah satunya adalah rasa ingin tahu dari sifatunik yang satu inilah manusia bisa berkembang. Permasalahan yang membuat manusia merasa ingin tahu, pada zaman dahulu dengan sekarang sangatlah berbeda. Pada zaman sekarang sangat banyak peranan ilmu pengetahuan yang saling berkaitan dengan rasa ingin tahuan manusia itu sendiri. Salah satunya adalah peranan matematika
Kadang kala rasa keingintahuan itu dapat diapresiasikan dengan berbagai macam cara. Namun yang dapat menjadi acuan adalah yang melalui metode ilmiah. Karena metode ilmiah itu adalah suatu metode yang nilai kebenarannya sudah bisa dikatakan mencapai sempurna.
Oleh karena itu dalam makalah ini akan sedikit membahas tentang keterkaitan rasa ingin tahu manusia dengan ilmu pengetahuan.
B. Tujuan
Adapun tujuan yang dapat di ambil dalam makalah yang berjudul “ IPA DAN DAYA ABSTRAKSI MANUSIA” adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui pengertian dari daya abstraksi manusia
b. Untuk mengetahui jenis-jenis abstraksi itu sendiri
c. Untuk mengetahui peranan matematika dan daya abstraksi manusia
d. Untuk mengetahui peranan matematika terhadap IPA
e. Untuk mengetahui tujuan dari IPA kualitas dan kuantitatif
BAB II
IPA DAN DAYA ABSTRAKSI MANUSIA
A. DAYA ABSTRAKSI MANUSIA
Manusia selalu merasa ingin tahu maka sesuatu yang belum terjawab dikatakan wallahualam, artinya Allah yang lebih mengetahui atau wallahualam bissawab yang artinya Allah mengetahui sebenarnya. Perkembangan lebih lanjut dari rasa ingin tahu manusia ialah untuk memenuhi kebutuhan nonfisik atau kebutuhan alam pikirannya, untuk itu manusia mereka-reka sendiri jawabannya.
Allah SWT., menciptakan dua makhluk, yang satu bersifat anorganis (benda mati) dan yang lain bersifat organis (makhluk hidup). Benda yang menjadi pengisi bumi tunduk pada hukum alam (deterministis) dan makhluk hidup tunduk pada hukum kehidupan (biologis), tetapi yang jelas ciri-ciri kehidupan manusia sebagai makhluk yang tertinggi, lebih sempurna dari hewan maupun tumbuhan.
Dari sekian banyak ciri-ciri manusia sebagai makhluk hidup, akal budi dan kemauan keras itulah yang merupakan sifat unik manusia. Rasa ingin tahu, juga merupakan salah satu ciri khas manusia. Ia mempunyai kemampuan untuk berpikir sehingga rasa keingintahuannya tidak tetap sepanjang zaman. Karena apa? Karena manusia akan selalu bertanya apa, bagaimana dan mengapa begitu. Manusia juga mampu menggunakan pengetahuannya yang terdahulu untuk dikombinasikan dengan pengetahuan yang baru sehingga menjadi pengetahuan yang lebih baru.
Daya Abstraksi Manusia adalah kemampuan Manusia dalam meringkas dan penyimpulan metode berpikir dengan mengacu pada instruksi suatu masalah dan tidak beracuan pada realita (Mitos). Ini artinya segala informasi yang diterima dan tersimpan di dalam memori kita biasanya berupa representasi/perwujutan abstrak dari realitas. Dengan kata lain, pemrosesan informasi merupakan abstraksi terhadap stimulus informasi.
Pandangan kita terhadap dunia sekeliling, ditentukan oleh integrasi/gabungan antara apa yang kita ketahui (abstrak) dengan apa yang kita rasakan (perasaan khusus). Kita dapat menyadari suatu pengalaman tertentu bila terjadi transduksi (energi stimulus dirubah menjadi energi neural) dan diteruskan ke otak. Intensitas energi minimal agar stimulus dapat disadari (yang mampu membangkitkan aktivitas neural), disebut threshold (ambang).
Jika dilihat dari penalaran yang dikembangkan dari beberapa Filsuf tentang abstraksi manusia seperti ;
1. Dalam filsatat Aristotelian dan Skolastik abstraksi adalah proses yang memungkinkan ide-ide universal dijadikan milik pikiran. Pikiran menerima sebuah data inderawi atau fantasma dan menarik keluar bentuknya (forma) yang, dengan demikian, menyediakan sesuatu yang universal bagi penggunaan intelektual. Aristoteles mengolah pengertian abstraksi dalam filsafat, kemudian pengertian itu diolah lagi oleh Boethius menjadi tiga macam abstraksi yang diterima oleh para pemikir Abad Pertengahan. Tiga abstraksi itu ialah a) abstraksi fisik, yakni melepaskan ciri individual, tetapi bukan dari kemungkinan dapat diinderai; b) abstraksi matematik, yakni abstraksi yang melepaskan sifat dapat diinderai dari obyek, tetapi tidak melepaskan segi kerentangan (ekstensi yang dapat diukur); c) abstraksi metafisik, yakni abstraksi yang melepaskan semuanya termasuk unsur kerentangan untuk sampai kepada yang-ada sebagai yang-ada.
2. Bagi Locke, seorang empiris, abstraksi terjadi dengan menarik keluar apa yang umum bagi sekelompok hal individual, atas dasar perbandingan antara kesamaan dan perbedaan.
3. Dalam logika dan matematika kontemporer, abstraksi merupakan nama untuk operasi variabel yang menghasilkan sebuah fungsi.
Maka Secara klasik dibedakan dua jenis abtraksi, yaitu;
1. Abstraksi total. Ini merupakan abstraksi yang universal dari yang partikular. Misalnya, abstraksi konsep universal "manusia" dari manusia khusus. Disebut total karena hasilnya selalu merupakan suatu keseluruhan, yakni suatu gabungan atau campuran yang terjadi karena suatu subyek dan suatu "bentuk". Misalnya, manusia adalah suatu subyek yang mempunyai kodrat manusiawi.
2. Abstraksi formal. Ini merupakan abstraksi "bentuk" dari subyek. Misalnya, abstraksi "kemanusiaan" dari manusia-manusia konkret atau gerak dari benda-benda yang bergerak.
Menurut “A. Comte” dia menyatakan bahwa, ada tiga tahap sejarah perkembangan manusia, yaitu tahap teologi (tahap metafisika), tahap filsafat dan tahap positif (tahap ilmu). Mitos termasuk tahap teologi atau tahap metafisika. Mitologi ialah pengetahuan tentang mitos yang merupakan kumpulan cerita-cerita mitos. Cerita mitos sendiri ditularkan lewat tari-tarian, nyanyian, wayang dan lain-lain.
Puncak hasil pemikiran mitos terjadi pada zaman Babylonia (700-600 SM) yaitu horoskop (ramalan bintang), ekliptika (bidang edar Matahari) dan bentuk alam semesta yang menyerupai ruangan setengah bola dengan bumi datar sebagai lantainya sedangkan langit-langit dan bintangnya merupakan atap.
Tonggak sejarah pengamatan, pengalaman dan akal sehat manusia ialah Thales (624-546) seorang astronom, pakar di bidang matematika dan teknik. Ia berpendapat bahwa bintang mengeluarkan cahaya, bulan hanya memantulkan sinar matahari, dan lain-lain. Setelah itu muncul tokoh-tokoh perubahan lainnya seperti Anaximander, Anaximenes, Herakleitos, Pythagoras dan sebagainya.
Perkembangan pengetahuan pada manusia sangat dipengaruhi oleh perkembangan pengetahuan semasa anak-anak, berupa bimbingan yang baik oleh orang tua dan lingkungan yang terus akan terbawa sampai dewasa. Sampai usia 2 tahun, perkembangan kecerdasan sangat cepat, dari belajar, makan, berbicara dan berjalan. Pada usia 2 – 7 tahun rasa ingin tahu akan makin besar. Masa remaja merupakan masa pertentangan dengan dirinya maupun dengan orang dewasa, karena selalu berusaha untuk memposisikan diri sebagai orang dewasa walaupun secara emosional belum memadai. Selanjutnya, setelah usia 30 tahun, mulai dapat mengendalikan diri dan mampu menempatkan diri sebagai individu yang bertanggung jawab.
B. PERANAN MATEMATIKA DAN DAYA ABSTRAKSI MANUSIA
Tidak diragukan lagi bahwa Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari, perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan mengembangkan daya pikir manusia.
Penggunaan ilmu matematika telah dikanal pada Pada Zaman dahulu kala, walaupun sebenarnya manusia dengan tidak sadar telah menggunakan matematika. Berarti bahwa matematika tersebut telah dikenal orang dan mempengaruhi perkembangan pola pikir manusia sejak zaman dahulu, walaupun pada dasarnya penggunanaan matematika yang digunakan masih menggunakan metode klasik atau matematika yang sangat sederhana, misalnya saja mereka telah menggunakan jari-jari tangan untuk menghitung.
Sesuai dengan perkembangan otak manusia maka dunia ini masalah-masalah baru sesuai dengan kompleksnya masalah kehidupan mereka, misalnya masalah ekonomi, masalah kependudukan, pertanian dan masalah-masalah yang membutuhkan perhitungan-perhitungan secara matematis seperti pada perkembangan tekhnologi yang dimunculkan guna menyelesaikan persoalan dengan mudah, efektif dan efesiensi.
Pada zaman sekarang telah muncul berbagai masalah yang sangat kompleks namun manusia dengan kemampuan yang dimiliki berusaha mencari solusi (problem soulving) terhadap masalah tersebut dengan menggunakan perhitungan secara matematis. Seperti dalam beberapa dekade ini telah terjadi pergeseran dalam masyarakat, dari era pertanian menjadi era industri dan era informasi.
Pada era pertanian, manusia harus berjuang dan tergantung kepada alam. Pada era industri, manusia berusaha mengalahkan alam dan mendapatkan efesiensi sehingga lahirlah mesin-mesin dan kemajuan yang terfokus pada otomatisasi. Era informasi membawa angin yang baru : barang yang justru tidak terwujud, sehingga yang namanya informasi menjadi barang yang paling berharga. Kemajuan di bidang informasi melaju, mendukung adanya globalisasi. Informasi dengan cepat berkembang dan bermakna serta berharga disebarkan ke segala penjuru seolah "tanpa batas".
Sumber daya Manusia yang bekerja dalam dunia industri saat ini mempunyai karakteristik sebagai berikut :
1. Latar belakang pendidikan non-Informatika/Komputer
2. Jenjang Pendidikan Sarjana ke bawah
3. Belum ada pengelompokan untuk : ketrampilan, keahlian dan spesialisasi yang terdefinisi dengan jelas.
4. Untuk tingkatan tertentu, dituntut untuk dapat mengetahui strategi bisnis, agar inovatif dalam menciptakan produk-produk baru
Sedangkan pihak Industri menghendaki agar Sumber Daya Manusia yang dihasilkan oleh Perguruan Tinggi khsusnya dalam bidang Rekayasa Perangkat Lunak - mempunyai karakteristik sebagai berikut :
1. Perlu mengetahui Standar Proses Produksi, berikut pemantauan dan pemeliharaan proses produksi, dan
2. Dalam menganalisis kebutuhan user (semua perangkat lunak dikembangkan berdasarkan kebutuhan user), diperlukan suatu pengetahuan dan keahlian khsusus, karena tingkatan user di Indonesia yang umumnya masih awam dengan proses Rekayasa Perangkat Lunak menyebabkan sulit diajak berkomunikasi tentang kebutuhan yang perlu didukung oleh komputer.
Berdasarkan hal-hal tersebut, dapat disimpulkan juga bahwa sudah saatnya dilakukan Sertifikasi Sumber daya Manusia dalam bidang Rekayasa perangkat Lunak - sesuai dengan standar Internasional yang berlaku. Untuk itu, dalam rangka mendukung kebutuhan sertifikasi Sumber Daya Manusia di Indonesia, disusun suatu usulan tingkatan keahlian Sumber Daya Manusia Informatika dalam bidang Rekayasa.
Hasil penelitian UNDP pada tahun 2001 menunjukkan bahwa indeks pembangunan manusia (IPM) di Indonesia menduduki ranking 106 dan 126 negara. Posisi Indonesia jauh dibawah negara-negara ASEAN yang merupakan pesaing terdekat. Oleh sebab itu, pemerintah Indonesia harus mempunyai komitmen yang kuat dalam pengembangan sumberdaya manusia guna mendukung upaya pembangunan ekonomi terutama menghadapi era global dan pasar bebas. Dalam konteks ini, diyakini bahwa pengembangan sumberdaya manusia hanya dapat dicapai dengan adanya dukungan sistem pendidikan nasional yang berkualitas.
Kita semua dilahirkan dengan potensi kreativitas. Salah satu ciri yang membedakan manusia dengan ciptaan Tuhan yang lain adalah kreativitas kita atau kemampuan kita mencipta. Hal ini merupakan sifat hakiki kita sebagai manusia dan merupakan bagian dari siapa kita. Kreativitas merupakan instink kita yang terbawa sejak lahir. Kita dapat menciptakan banyak hal dari sumber daya yang terbatas dengan melakukan proses kreativitas.
Kreativitas berasal dari kata dasar kreatif yang memiliki akar kata to create yang artinya mencipta. Inilah sesungguhnya Kuasa yang diberikan oleh Tuhan (ingat bahwa we are given the authority to use the Power of God – Kita diberikan wewenang untuk menggunakan Kuasa Tuhan). Inilah yang membedakan manusia dengan ciptaan Tuhan yang lainnya. Kita diberi kemampuan untuk mencipta, termasuk menciptakan realitas baru dalam kehidupan kita.
C. PERANAN MATEMATIKA TERHADAP IPA
Hudjo (2005) mengartikan matematika adalah suatu alat untuk mengembangkan cara berfikir. Karena karena itu matematika sangat diperlukan baik untuk kehidupan sehari-hari maupun dalam menghadapi kemajuan IPTEK sehingga matematika perlu dibekalkan kepada setiap peserta didik sejak MI/SD, bahkan sejak TK. Namun, matematika yang ada pada hakekatnya merupakan suatu ilmu yang cara bernalarnya deduktif, formal yang cara berfikirnya masih pada tahap operasi konkret.
Matematika juga telah meberikan ciri khas tersendiri terhadapa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang biasa disebut sebagai bahasa matematis yang sangat berguna pada peningkatan daya abstraksi otak manusia. Dengan simbol-simbol matematika seperti :
Ø Satu disimbolkan dengan angka 1
Ø Dua disimbolkan dengan angka 2
Sehingga ketika orang ingin menjumlahkan satu ditambah dua sama dengan tiga tinggal dengan menggunakan simbol angka 1+2 = 3
Jadi, sejak awal kehidupan manusia matematika merupakan alat bantu yang digunakan manusia untuk menghadapi permasalahan lingkungan nya. Sumbangan matematika terhadap perkembangan IPA sudah jelas, bahkan boleh dikatakan bahwa tanpa matematika IPA tidak akan berkembang. Hal ini disebabkan karena IPA menggantungkan diri pada metode Induksi. Dengan metode Induksi semata takmungkin orang mengetahui jarak antara bumi dengan bulan atau bumi dengan Matahari atau planet-planet yang lain, bahkan untuk menyatakan keliling bumi saja manusia tidak akan mungkin.
Berkat bantuan matematika maka Erathotenes (240 SM) pada Zaman Yunani dapat menghitung besarnya bumi dengan metode gabungan anatara induksi dengan deduksi Matematika sebagai berikut : pada tanggal 21 juni di Syene (Mesir) pada tengah hari Matahari berada tepat diatas kepala pada saat yang sama dikota Alexandria yang jauhnya 500 ml tepat berada disebelah utara syene, matahari jatuh dengan membentuk sudut 7,50 . ini dapat dihitung dengan bayang-bayang sebuah tongkat. Dengan asumsi bahwa bumi ini bulat maka keliling ataupun besarnya bumi dapat dihitung dengan ilmu Matematika. Erathotenes (240 SM) sampai pada kesimpulan bahwa keliling bumi adalah 24.000 ml dan garis tengah bumi adalah 8.000 ml.
Pada Zaman sekarang para ilmuan yang melakukan penelitian tentang keadaan alam juga lebih menggunakan penghitungan matematika untuk menghitung besarnya obyek penelitian dan takaran penggunaan bahan pada metode penelitian, seperti para ahli kimia yang menghitung kadar dan masa unsur senyawa dengan menggunakan rumus :
Kadar Unsur : A = X . (Ar / Mr) . 100 %
Massa Unsur : A = X . (Ar / Mr) . Masa senyawanya.
D. IPA KUALITATIF DAN KUANTITATIF
Pendekatan kuantitatif digunakan dalam IPA adalah bertujuan untuk menguji hipotesis, dan biasanya untuk mengidentifikasi perbedaan numerik antara kelompok. Sebaliknya, pendekatan kualitatif digunakan pada hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana orang memahami hasil eksperimen mereka (yaitu kualitas).
Suatu pengetahuan dapat dikatakan pengetahuan yang ilmiah apabila memenuhi syarat-syarat antara lain; objektif, metodik, sistematik dan berlaku umum. Salah satu syarat ilmu pengetahuan tersebut harus diperoleh melalui metode ilmiah. Kriteria metode ilmiah yang digunakan dalam penelitian antara lain harus berdasarkan fakta, bebas prasangka, menggunakan prinsip-prinsip analisis, hipotesis, berukuran objektif serta menggunakan teknik kuantitatif atau kualitatif.
Menurut sejarah perkembangan zaman kita ketahui bahwa penemuan-penemuan yang didapat oleh Copernicus sampai Galileo pada abad ke 17 merupakan perintis ilmu pengetahuan artinya ialah bahwa penemuan-penemuan itu berdasarkan empiri dengan metode induksi yang objektif dan bukan atas dasar deduksi folosofis seperti pada zaman yunani atau berdasarkan mitos pada Zaman babilonia.
Penemuan-penemuan itu misalnya saja bahwa dibulan terdapat gunung-gunung Jupiter mempunyai jumlah 4 empat buah bulan, dimatahari terdapat bercak-bercak hitan yang dapat digunakan untuk mengukur kecepatan rotasi matahari dan sebagainya. Penemuan-penemuan semacam ini kita sebut dengan ilmu pengetahuan yang sifatnya kualitatif.
BAB III
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat ditarik dari makalah ini sangatlah banyak, salah satunya adalah ilmu pengetahuan itu dapat menunjang kemampuan daya abstraksi manusia, hal tersebut dapat terjadi dikarenakan ilmu pengetahuan dan daya abstraksi manusia sangatlah berkaitan dan saling membutuhkan satu sama lain. Apabila salah satu tidak ada, maka akan terjadi suatu ketimpangan yang akan menyebabkan ketidakharmonisan dalam pengambilan keputusan
DAFTAR PUSTAKA
Otto, Rudolf. The Idea of the Holy an Inquiry the Non-Rational Faktor in the Idea of the Divine and Its Relation to the Rational. New York, 1950.
Drs. Abdullah Aly & Ir. Eni Rahma. Ilmu Alamiah Dasar (MKDU). Ed. 1, Cet. 13. Jakarta : Bumi Aksara, 2006.
Pengembangan Silabus Rekayasa Perangkat Lunak untuk Program Pasca Sarjana Teknik Informatika", Laporan Akhir dari Program Peningkatan Relevansi Pendidikan Teknik, Dikti-Depdikbud, maret 1997)
Santi Dewiki dkk. Ilmu Alamiah Dasar. Cet.1, Jakarta.
ILMU ALAMIAH DASAR
_SALAS MADRID_THE PRESIDENT OF PMII _KOM.IAIN MTR Bagikan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
No Coment No Cry