SILAHKAN ISI BUKU TAMU



Jumat, 05 November 2010

MAKALAH HADITS JILID (3)

SEJARAH PENGUMPULAN DAN PERKEMBANGAN HADIT’S

1. Periode Periwayatan Hadits dengan Lisan dan Menjaganya dengan Hafalan (abad ke-I H)


DOWNLOAD MAKALAH INI DISINI

Pada periode ini (sahabat dan tabi'in senior) belum dibukukan melainkan dijaga dalam hafalan, karena nabi SAW pernah melarang mereka menulis hadits-hadits beliau sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Muslim : Janganlah kalian menulisi dariku selain al-Qur'an, dan barangsiapa yang telah menulis sesuatu selain al-Qur'an maka ia harus menghapusnya. Walaupun akhirnya beliau SAW membolehkannya, yaitu pada hari penaklukan Makkah pada para sahabat : Tulislah apa yang aku sampaikan untuk abu Syah. Dan membolehkan AbduLLAH bin Amr bin Ash untk menulis hadits-hadits darinya.





DOWNLOAD MAKALAH INI DISINI

Saat nabi SAW wafat para sahabat berinisiatif untuk menulis al-Qur'an dalam bentuk mushaf dan tidak membukukan hadits nabi SAW melainkan bersungguh-sungguh menyebarkannya dalam bentuk hafalan mereka.


2. Periode Penulisan dan Pembukuan Hadits (abad ke-II H)

Dengan tersebarnya Islam, terpencarnya sahabat dan sebagian wafat, maka mulai terasa perlunya pembukuan hadits. Hal ini menggerakkan khalifah Umar bin Abdul Aziz (menjabat th 99H-101H) untuk memerintahkan para ulama terutama pada Abubakar bin Muhammad bin Amr bin Hazm (qadhi Madinah) dan Muhammad bin Muslim bin UbaidiLLAH bin AbduLLAH bin Syihab az Zuhri al-Madani (tokoh ulama Hijaz dan Syam 124 H).


SUKA BLOG KU???

 



Setelah kedua tokoh ini maka mulailah banyak yang mengikuti mereka seperti Ibnu Juraij (150-H) dan Ibnu Ishaq (151-H) di Makkah; Ma'mar (153-H) di Yaman; al-Auza'i (156-H) di Syam; Malik (179-H), Abu Arubah (156-H) dan Hammah bin Salamah (176-H) di Madinah; Sufyan ats-Tsauri (161-H) di Kufah; AbduLLAH bin Mubarak (181-H) di Khurasan; Husyaim (188-H) di Wasith; Jarir bin abdul Hamid (188-H) di Ray. Mereka tidak hanya menulis hadits-hadits nabi SAW saja, tetapi juga atsar para sahabat dan tabi'in.

Kitab-kitab hadits yang masyhur di masa itu adalah :
(1) Mushannaf oleh Syu'bah bin al-Hajjaj (160-H)
(2) Mushannaf oleh Al-Laits bin Sa'ad (175-H)
(3) Al-Muwaththa' oleh Malik bin Anas al-Madani, Imam Darul Hijrah (179-H).
(4) Mushannaf oleh Sufyan bin Uyainah (198-H)
(5) Al-Musnad oleh asy-Syafi'i (204-H)
(6) Jami al-Imam oleh Abdurrazzaq bin Hammam ash-Shan'ani (211-H)

3. Periode Penyaringan Hadits dari Perkataan para Shahabat dan Tabi'in (abad ke-III H)
Yaitu dimana tidak ditulis kecuali hadits-hadits nabi SAW saja, sehingga mulai disusun kitab-kitab musnad yang bersih dari fatwa-fatwa, seperti musnad Imam Ahmad bin Hanbal. Walaupun demikian, masih tercampur dengan hadits-hadits dha'if bahkan maudhu', sehingga pada pertengahan abad-III ini para ulama membuat kaidah-kaidah dan syarat-syarat hadits shahih. Sehingga muncul ide-ide untuk mengumpulkan yang shahih-shahih saja yang dipelopori oleh Imam Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Bardizbah al-Bukhari (Imam Bukhari) dengan karyanya Jami'us Shahih dan disusul oleh muridnya Imam Muslim bin Hajjaj bin Muslim al-Qusyairi an-Naisaburi (Imam Muslim), sehingga abad ini merupakan abad keemasan bagi hadits dengan munculnya para ahli hadits terkemuka dan disusunnya kutubus-sittah (6 kumpulan hadits) yang memuat hampir seluruh hadits-hadits yang shahih.

Diantara kitab-kitab hadits yang sudah tersusun waktu itu adalah :
(1) Mushannaf Said bin Manshur (227-H)
(2) Mushannaf Ibnu Abi Syaibah (235-H)
(3) Musnad Imam Ahmad bin Hanbal (241-H)
(4) Shahih al-Bukhari (251-H)
(5) Shahih Muslim (261-H)
(6) Sunan Abu Daud (273-H)
(7) Sunan Ibnu Majah (273-H)
(8) Sunan At-Tirmidzi (279-H)
(9) Sunan An-Nasa'i (303-H)
(10) Al-Muntaqa fil Ahkam Ibnu Jarud (307-H)
(11) Tahdzibul Atsar Ibnu Jarir at-Thabari (310-H)


4. Periode Penyempurnaan (Abad-IV H)

Yaitu pemisahan antara ulama mutaqaddimin (salaf) yang metode mereka adalah berusaha sendiri dalam meneliti perawi, menghafal hadits sendiri serta menyelidiki sendiri sampai pada tingkat sahabat dan tabi'in. Sedangkan ulama muta'akhkhirin (khalaf) ciri mereka dalam menyusun karyanya adalah dengan menukil dari kitab-kitab yang telah disusun oleh salaf, menambahkan, mengkritik dan men-syarah-nya (memberikan ulasan tentang isi hadits-hadits tersebut).

Kitab-kitab hadits yang termasyhur pada abad ini diantaranya adalah :
(1) Shahih Ibnu Khuzaimah (311-H)
(2) Shahih Abu Awwanah (316-H)
(3) Shahih Ibnu Hibban (354-H)
(4) Mu'jamul Kabir, Ausath dan Shaghir, oleh At-Thabrani (360-H)
(5) Sunan Daraquthni (385-H)


5. Periode Klasifikasi dan Sistemisasi Penyusunan Kitab-kitab Hadits (Abad-V H)

Yaitu dengan mengklasifikasikan hadits, cara pengumpulannya, kandungannya dan tema-tema yang sama. Disamping itu juga mensyarah dan meringkas kitab-kitab hadits sebelumnya, sehingga muncullah berbagai kitab-kitab hadits hukum, seperti :
(1) Sunanul Kubra, al-Baihaqi (384-458 H).
(2) Muntaqal Akhbar, Majduddin al-Harrani (652-H).
(3) Bulughul Maram min Adillatil Ahkam, Ibnu Hajar al-Asqalani (852-H).

Dan berbagai kitab targhib wa tarhib (kitab yang berisi berbagai hal untuk menggemarkan dalam beribadah dan mengancam bagi yang lalai), seperti :
(1) At-Targhib wa Tarhib, Imam al-Mundziri (656-H).
(2) Riyadhus Shalihin, oleh Imam Nawawi (767-H).

DOWNLOAD MAKALAH INI DISINI

SEBELUMNYA (KLICK DISINI)


Bagikan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

No Coment No Cry