Hegel seorang yang berkebangsaan Jerman,hidup dari keluarga yang mapan secara status sosial,serta pola pendidikan keluarga terutama ibunya yang mempengaruhi Hegel menjadi filsuf besar Hegel memang bukan seorang politikus namun dialektikanya mampu menjadi inspirasi para politikus dalam melakukan kajian politik dan sosial. Sehingga terkadang menjadi pisau analisis yang cukup akurat dalam memandang realitas. Hegel mengakui dirinya cenderung befikir bebas selayaknya filsuf dalam memaknai kehidupan dan pemikiran/rasio. Namun Hegel memandang justru kebebasan merupakan wujud pengakuan dan penerimaan sadar manusia atas suatu sistem nilai dalam hidup,seperti nilai yang terkandung dalam ajaran agama (kristen). Pemikiran Hegel yang senantiasa berdialektika terhadap realitas dan memandang adanya ’realitas mutlak’ atau ruh mutlak atau idealisme mutlak dalam kehidupan,sangat mempengaruhi dalam memandang sejarah secara global,ini terbukti saat dialektikanya mampu memasukkan pertentangan didalam sejarah sehingga dapat mengalahkan dalil-dalil yang bersifat statis. Hingga terbukti pembuktian-pembuktian ilmiah yang dihasilkan. Dari sanalah filsafat sejarah layak ditempatkan,sebagai bagian yang utuh dari dunia kefilsafatan. Hegel juga memandang bahwa sejarah merupakan suatu kondisi perubahan atas realitas yang terjadi,dia pula yang menyatakan sejarah menjadi sebuah hasil dari dialektika,menuju suatu kondisi yang sepenuhnya rasional. Menurutnya dialektika merupakan proses restorasi yang perkembangannya berasal dari kesadaran diri yang akhirnya akan mencapai kesatuan dan kebebasan yang berasal dari pengetahuan diri yang sempurna,dia pula merupakan suatu aktvitas peningkatan kesadaran diri atas pikiran yang menempatkan objek-objek yang nampak independen kearah rasional,yang kemudian diadopsi Marx menjadi bentuk lain yakni ’alienasi’.
Bagikan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
No Coment No Cry