Badan Ekskutif Mahasiswa (BEM) yang sejak bergulirnya Reformasi mulai bangkit dan menunjukkan kepeloporannya bagi gerakan rakyat (walau sampai saat ini masih bersipat elitis/jauh dari gerakkan rakyat) tidak berusaha untuk merombak struktur dan progeramnya kearah yang lebih “Responsif dan Transpormatif” . sehingga tidak menjadikan BEM nantinya sebagai alat untuk meleigitiasi seluruh kebijakkan birokrasi kampus dan penguasa di Negeri ini serta menjadi alat dagangan bagi segelintir kelompok yang bersipat Oportunis untuk kepentingan yang penuh dengan dosa.
Sikap apatis mahaisiswa terhadap segala aktivitas yang di selenggarakan oleh BEM, MPM, DPM & HMJ merupakan sikap riil mayoritas mahasiswa bahwa aktivitas/kegiatan tersebut bukanlah dari aktivitas/kegiatan mereka. Banyak persoalan yang terjadi di Kampus ini, baik di tingkatan Mahasiswa yang menyangkut kuliah. Mulai dari Dosen yang Otoriter, Jarang Masuk, Literatur di Perpustakaan yang kurang memadai, Fasilitas yang masih minim, Praktikum yang masih setengah-setengah, bahkan sampai lemahnya IT mahasiswa. Kondisi ini juga di tambah oleh Jurusan yang masih dipertanyakan di tingkat Pemerintah Kabupaten/Kota di NTB. Yang berdampak di tolaknya sarjana alumni IAIN mendafatar sebagai CPNS. Dan segala sesuatu yang mempersulit mahasiswa untuk mendapatkan pelayanan dan menuntut hak-haknya yang lebih layak.
Nah, jika sederetan kondisi objektifitas seperti ini maka. Sudah sepantasnyalah kita sebagai mahasiswa mengambil sikap dan tindakan yang kongkrit untuk merubahnya melalui satu missi bersama melalui BEM, MPM & DPM. Sehingga menjadi sebuah alat yang benar-benar berpihak kepada kepentingan seluruh mahasiswa. Momentum pemilihan Presiden Mahasiswa, MPM & DPM adalah peluang besar bagi kita untuk mengembalikan BEM pada pungsi yang sebanarnya yaitu sebagai Penyalur Aspirasi Seluruh Mahasiswa****ber*gerak**** Bagikan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
No Coment No Cry